Hujan.
Apakah yang disebut dengan hujan itu? Menurut Wikipedia versi bahasa Indonesia, hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Dan apa pula yang disebut presipitasi? Lagi-lagi menurut Wikipedia versi bahasa Indonesia, presipitasi (juga dikenal sebagai satu kelas dalam hidrometeor, yang merupakan fenomena atmosferik) adalah setiap produk dari kondensasi uap air di atmosfer, yang dihasilkan ketika atmosfer (yang merupakan suatu larutan gas raksasa) menjadi jenuh dan air kemudian terkondensasi dan keluar dari larutan tersebut (terpresipitasi).
Kapankah terjadinya hujan itu?
Bisa dibilang hujan cukup sering terjadi (di Indonesia). Indonesia memiliki 2 musim tiap tahunnya, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Frekuensi dan curah hujan pada musim hujan cenderung lebih tinggi pada musim hujan.
Lainnya
Menurut saya, hujan merupakan suatu fenomena alam yang sangat sering terjadi, yang sudah diatur sedemikian rupa untuk memberikan manfaat dan keseimbangan bagi alam dan manusia. Hujan juga merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses siklus air. Tentunya sangat banyak manfaat bisa dirasakan manusia dengan adanya hujan, antara lain manfaat bagi tanah, tumbuhan, hutan, dan lahan pertanian. Meskipun begitu, saat ini banyak manusia cenderung merasa terganggu dengan fenomena alam ini. Hujan yang terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan bencana banjir. Cuaca buruk yang disertai hujan juga seringkali mengganggu jadwal penerbangan dan pelayaran.
Namun tulisan kali ini bukan mau membahas lebih lanjut proses terjadinya hujan ataupun dampak hujan secara ekologis maupun ekonomis, melainkan kecendrungan manusia (Indonesia) menanggapi hujan. Hujan seringkali dianggap sebagai suatu halangan untuk melakukan aktivitas, contohnya yang paling umum bepergian. Dari pengalaman saya, kebanyakan orang mengurungkan niatnya bepergian (untuk janjian ketemuan misalnya) apabila hujan turun, ga peduli mereka mau bepergian naik motor, jalan kaki, naik kendaraan umum, ataupun bahkan mobil pribadi. Bahkan sebagian ga bersabar menunggu sampe hujan berhenti dan langsung seenaknya memutuskan batal bepergian (untuk ketemuan) ("Aduh, apa gak jadi aja ya? Hujan, cuyy/jeung..."), meskipun orang itu bepergian naik mobil. Pejalan kaki meskipun misalnya bawa payung pun seringkali kalau belum berangkat, mengurungkan niat, atau klo udah terlanjur berangkat jauh, berteduh lalu menunggu sampai hujan reda. Bagi pejalan kaki mungkin alasannya ga mau kena basah, tapi bagi pengendara mobil, apa ya alasannya? Takut macetkah? Apa masih takut kebasahan juga? :p Tapi terlepas dari semua akibat dari hujan yang menghalangi orang bepergian, entah kenapa biasanya hujan membuat orang kehilangan mood duluan, atau keburu males buat pergi, meskipun sebenernya kalo diusahain sebenernya bisa aja pergi. Tadinya saya kira hanya perempuan yang seperti ini, namun ternyata laki-laki juga. Dulu waktu kuliah, pernah hujan nanggung, sedikit lebih lebat dari gerimis, tapi sama sekali bukan hujan lebat. Waktu itu jam pulang kuliah. Ketika saya bermaksud jalan kaki sambil menggunakan payung, seorang teman yang seorang laki-laki, yang biasa naik angkot, memilih untuk menunggu sambil berteduh, meski saat itu dia membawa payung. Jarak dari tempat berteduh menuju angkot hanya sekitar 20-30 meter. Terus saya bertanya, "Sampe kapan nunggunya?" dan dia berkata akan menunggu sampe hujan reda, padahal saat itu hujannya ga deres-deres amat. Akhirnya saya pergi duluan karena menurut saya bakal rugi waktu kalo nungguin sampe hujan reda. Dan seingat saya ternyata waktu itu hujan turun lebih dari 2 jam, dan waktu itu jam pulang kuliahnya jam 4an. Berarti kalau dia benar-benar menunggu sampai hujan reda, dia baru beranjak pulang jam 6an. Saya sempat berpikir, apa gak sayang waktunya kebuang sampe 2 jam, dan ga ngapa-ngapain selama itu melainkan cuma berdiri nunggu doang. Dan dia beralasan "Apa boleh buat, hujan sih". Hal serupa terjadi waktu saya berwisata di Thailand bersama seorang teman saya yang laki-laki. Saat itu kami baru keluar dari stasiun kereta dan hujan turun agak deras. Kami berteduh sejenak, dan sebenarnya bermaksud meneruskan ke sebuah mall yang kira-kira berjarak 50 meter dari situ. Dan kala itu hanya saya yang membawa payung (kecil). Dan dia ternyata bermaksud menunggu di situ (tepian sebuah ruko tua yang tidak terurus) sampai hujan reda. Namun saya berpikir, kami tidak tahu kapan hujan akan berhenti. Bagaimana kalau ternyata hujannya lama, katakanlah 3 jam? Bukankah waktu berlalu sangat cepat, dan sedetik waktu liburan di Thailand itu sangat berharga? Yah akhirnya kami memang menerobos hujan (atas paksaan saya) dan menyelamatkan lebih banyak waktu (1 jam) yang tadinya akan terbuang. Pernah juga, waktu saya berkumpul bersama teman-teman laki-laki di kosan seorang teman kuliah yang terletak tidak jauh dari kampus (5 menit jalan kaki), tiba-tiba hujan turun padahal saat itu kami harus segera ke kampus karena ada kelas yang segera dimulai. Dan mereka tampak kebingungan dan mengeluh seolah sedang ditimpa suatu kejadian yang menghalangi kuliah. Biasanya kami memang berjalan kaki apabila menuju kampus dari kosan itu. Ketika saya mengusulkan untuk menggunakan payung, mereka tampak agak enggan, meskipun akhirnya mereka tetap berjalan kaki menggunakan payung. Akibatnya kami basah sedikit sih, tapi yang penting kan sampe juga di kampus.
Kadang saya merasa rada gemes dengan perilaku sebagian orang yang langsung 'menyerah' begitu saja hanya karena hujan. Padahal hujan itu kan fenomena yang kerap terjadi dan merupakan peristiwa yang biasa, yang semestinya tidak menjadi halangan untuk melakukan suatu kegiatan. Lain halnya sih kalau hujan badai atau hujan petir. Tapi kalo hujan sedikit aja langsung pada ogah ini-itu, bisa-bisa lumpuh semua kegiatan di perkotaan. Maksudnya, baru hujan aja udah begitu, gimana kalo ada angin topan? Saya kagum dengan orang-orang di Jepang yang tetap berjalan kaki dan berpayung meskipun sedang hujan deras. Di sebuah video, saya memperhatikan orang-orang tetap menyeberang seperti biasa di persimpangan Shibuya dengan payung mereka tanpa berteduh lebih dahulu, dan tanpa mempedulikan hujan. Dan satu hal lagi yang agak menakjubkan adalah fakta bahwa, ya ampun, umur peradaban manusia di dunia sudah beribu-ribu tahun lamanya namun sampai sekarang manusia masih belum juga sepenuhnya mampu menangani 'bencana alam' bernama hujan.